Kamis, 16 April 2009
PELAJAR KEDIRI MALAS MEMBACA
MINAT BACA PELAJAR KEDIRI RENDAH
Rabu, 15 April 2009
BABAD TANAH JAWA
Kemunculan anak dewa
Dapat dihitung dengan cara
Melihat tanda-tanda yang sudah terjadi.
Kita mengetahui tentang si anak dewa dari beberapa naskah leluhur Nusantara. Dari naskah-naskah itu pula kita juga bisa mengetahui apa saja pertanda yang akan terjadi untuk dapat dijadikan sebagai ukuran waktu munculnya si anak dewa. Dengan melihat pertanda-pertanda tersebut dapatlah diperhitungkan apakah telah terjadi atau belum sehingga pada akhirnya akan dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai waktu kemunculan si anak dewa. Berikut beberapa langkah perhitungan untuk menentukan waktu kemunculan si anak dewa.
Langkah Pertama Notonagoro dan Goro-goro.
Perhitungan pertama melacak ungkapan Joyoboyo yang menyebut Indonesia akan dipimpin oleh 5 nama presiden dengan akhiran notonagoro. Joyoboyo tidak menyinggung soal lama tidaknya presiden tersebut menjabat juga tidak menyinggung menjadi presiden sekali atau beberapa kali. Karena tidak menyinggung soal lamanya menjabat maka 5 nama presiden yang dimaksud oleh Joyoboyo tiada lain yaitu Sukarno, Suharto, Habibi, Gusdur dan Megawati.
Perkembangan selanjutnya ungkapan Notonagoro selain ditafsirkan sebagai 5 nama presiden juga ditafsirkan sebagai 2 kata noto dan nagoro yang dalam bahasa Indonesia berarti menata negara. Dengan arti tersebut maka 5 nama presiden itu harus dapat menata negara sebaik-baiknya sebelum datangnya goro-goro (huru-hara). Terbukti setelah SBY menjadi presiden tepat setelah presiden notonagoro berakhir, terjadilan goro-goro itu pada tahun 2006-2007 hingga sekarang.
Peristiwa goro-goro selanjutnya dihubungkan dengan ungkapan Sabdo Palonyang menyebut Lawon Sapto Ngesti Aji sebagai waktu paling sengsara di Indonesia. Tercatat terjadi pada Desember 2007 karena pada saat itu banjir melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia juga di wilayah-wilayah yang dahulunya tidak pernah terjadi banjir. Dengan demikian untuk perhitungan notonagoro telah terjadi dan goro-goro beserta puncaknya juga telah terjadi dan masih berlangsung hingga saat ini.
Langkah Kedua Gunung Merapi meletus diikuti meletusnya 7 gunung.
Perhitungan kedua melacak ungkapan Prabu Siliwangi yang menyebutkan “jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung“. Gunung gede yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi adalah gunung Merapi di perbatasan Jogja Magelang yang meletus pada Mei 2006. Meskipun tidak banyak korban jiwa, setelah meletusnya gunung tersebut puluhan gunung yang tersebar di Indonesia menjadi aktif dan statusnya dinaikkan ke tingkat waspada dan awas.
Berikutnya tercatat ada 7 gunung yang meletus tidal lama setelah itu yaitu gunung Batutara, Semeru, Gamkonora, Soputan, Karangetan, Kelud dangunung Krakatau. Pada nopember 2008 untuk gunung Semeru kembali memberi tanda-tanda akan meletus lagi. Sepertinya untuk ungkapan Prabu Siliwangi mengenai gunung gede meletus disusul 7 gunung tidak ada masalah karena datanya dapat diketahui dari berbagai media yang ada. Dengan demikian ungkapan Prabu Siliwangi itu telah terjadi yaitu pada 2006 dan 2007.
Langkah Ketiga Sabdo Palon telah kembali.
Perhitungan ketiga melacak ungkapan Sabdo Palon yang menyebutkan “Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya. Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang”. Ungkapan Sabdo palon itu telah terjadi yaitu tiada lain meletusnya gunung Merapi pada Mei 2006. Tidak salah lagi bila Sabdo Palon memang sudah kembali setelah berpisah dengan Prabu Brawijaya sekitar 500 tahun silam.
Beberapa kalangan meyakini Sabdo Palon ini adalah pengasuh si anak dewa. Namun ada juga yang kalangan yang menyebut justru Sabdo Palon ini akan mencelakai si anak dewa yang saat ini dalam asuhan Batara Indra. Terlepas mana yang benar dan mana yang salah akan informasi tersebut, yang pasti adanya peristiwa meletusnya gunung Merapi laharnya ke barat daya dapat dijadikan ukuran bila si anak dewa sudah ada dan sudah dekat dengan waktu kemunculannya.
Langkah Keempat Huru Hara.
Perhitungan keempat melacak ungkapan Prabu Siliwangi yang menyebutkan “Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara”. Huru hara yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi inilah yang selama ini kita kenal dengan kerusuhan Pilkada dan rusuh penggusuran. Dimana-mana hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi kerusuhan bila ada Pilkada langsung juga terjadi kerusuhan bila ada penggusuran para pedagang di pinggir jalan.
Tengoklah waktu-waktu sebelum ini baik pada masa penjajahan dulu maupun setelah proklamasi kemerdekaan, belum pernah terjadi rusuh Pilkada dan penggusuran. Baru kali ini saja terjadi dan mewarnai jalannya zaman Kalabendu di Indonesia. Sepertinya tidak salah lagi bahwa huru hara yang dimaksud Prabu Siliwangi itu adalah kerusuhan Pilkada dan kerusuhan penggusuran yang terjadi selama ini.
Langkah Kelima 7 Satria.
Perhitungan kelima melacak ungkapan Ronggowarsito yang menyebutkan ada 7 satria yang akan memimpin negri ini yaitu “Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu”. Dari ketujuh satria itu untuk presiden SBY merupakan satria boyong pambukaning gapuro. Karena memang presiden SBY merupakan presiden keenam sejak proklamasi kemerdekaan.
Dikatakan sebagai satrio pembukaning gapuro juga karena pada masa pemerintahan SBY ada beberapa hal yang dilakukan dan baru kali ini dilakukan seperti UU pornografi, adanya KPK, Pilkada langsung dan sebagainya. Hal-hal baru itu akan sangat bermanfaat untuk dikembangkan dan ditingkatkan lebih lanjut guna mendukung kemerdekaan dan kemakmuran Indonesia kelak setelah satrio ketujuh telah hadir. Dengan demikian ramalan 7 satrio dari Ronggowarsito memang telah berjalan 6 dan tidak salah lagi yang keenam itulah presiden SBY.
Langkah Keenam Anak dewa tampil mejelang tutup tahun.
Perhitungan keenam melacak ungkapan Prabu Joyoboyo yang dalam bait 159 menyebutkan “selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun akan ada dewa tampil berbadan manusia”. Kata tutup tahun menunjuk kepada akhir bulan Desember di setiap tahunnya. Lantas akhir desember tahun berapakah itu? Jawabnya yaitu akhir Desember 2008. Jawaban ini diperoleh dengan mempertimbangkan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang sangat jelas semua pertanda dalam naskah leluhur telah terjadi.
Apabila tutup tahun yang dimaksud adalah akhir tahun 2009 maka akan tidak sesuai dengan maksud Ronggowarsito mengenai 7 satria juga tidak sesuai dengan rangkaian nama presiden Notonagoro. Sementara itu Pilpres 2009 akan berlangsung pada Oktober-Nopember dan bukan pada Desember 2009. Dengan demikian kata tutup tahun yang dimaksud Joyoboyo tiada lain dan tiada bukan adalah akhir Desember 2008.
Langkah Ketujuh Kesimpulan.
Perhitungan ketujuh mengambil kesimpulan penentuan waktu kemunculan si anak dewa. Mulai perhitungan pertama hingga perhitungan keenam, pertanda-pertanda yang disebutkan dalam naskah-naskah leluhur telah terjadi bahkan kita alami saat ini. Notonagoro sudah berlangsung, goro-goro juga sudah terjadi pada 2006-2007. Gunung gede meletus diikuti 7 gunung sudah terjadi. Sabdo Palon sudah datang. Huru hara juga sudah terjadi dan masih berlangsung. 6 dari 7 satria Ronggowarsito sudah jalan. Dan keenam tutup tahun menjelang Pilpres 2009 yaitu akhir Desember 2008 ini.